Produk Desa

Yuk Field Trip Ke Kebun Coklat Desa Pelambaian

19 Februari 2020
SUKATWANTO
Dibaca 150 Kali
Yuk Field Trip Ke Kebun Coklat Desa Pelambaian
Pada tanggal 23 September 2018, aku melaksanakan field trip atau kunjungan ke sebuah kebun coklat yang lokasinya cukup jauh dari kota Pekanbaru, yaitu di Desa Pelambaian, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau.
 
           Aku pergi ke sana tidak sendirian. aku pergi bersama tim Jambore Jurnalistik dan Fotografi (JFO) 2018 yang terdiri dari 40 teman-teman mahasiswa dari empat kampus yang berbeda. Aku sendiri berasal dari Universitas Muhammadiyah Riau dan kemudian ada 19 mahasiswa lainnya yang berasal dari universitas yang sama denganku. Lalu diikuti juga dari 20 mahasiswa lainnya yang berasal dari Universitas Riau, Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim, dan juga Universitas Islam Riau.
 
         Kebun coklat ini dikelola oleh beberapa Kelompok Tani Prima Jaya Tapung yang merupakan penduduk sekitar desa Pelambaian yang dibina langsung oleh PT. Chevron.
 
          Kami pergi ke sana menggunakan bus pariwisata dan beberapa mobil milik panitia dari tim Jambore Jurnalistik dan Fotografi (JFO) 2018. Berangkat pada pukul 8 pagi, kami tiba di lokasi tepat pada pukul 9:30 pagi.
 
          Setibanya di sana, kami langsung disambut oleh pak Zamri yang merupakan ketua dari kelompok tani dan ibu Tiva Permata bersama ibu Yulia Rintawati selaku Communication Specialist dari pihak PT. Chevron.
 
          Tujuan kami melakukan field trip ini adalah untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang kebun coklat yang nantinya akan dibuat menjadi karya tulisan dan fotografi untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh Pekanbaru Pos bekerja sama dengan SKK Migas-Chevron dan Universitas Muhammadiyah Riau.
 
          Sebelum turun kelapangan, kami dibagi menjadi 3 kelompok, dan masing-masing kelompok diletakan 3 tempat berbeda. Kelompok 1 dibagian pembibitan, kelompok 2 dibagian kebun yang sudah berumur 1-2 tahun, sedangkan kelompok 3 dibagian perkebunan juga, namun beda lokasi.
 
          Aku sendiri masuk kedalam kelompok 2. Sebelum beranjak pergi, aku sibuk mempersiapkan kamera, mengatur settingan dan segala keperluan lainnya. Tak lupa pula aku persiapkan smartphone untuk merekam suara agar nantinya apa yang ditanyakan akan dapat kutuliskan menjadi sebuah berita.
 
          Disela-sela sibuk melemparkan pertanyaan kepada para petani, aku dan teman-teman yang lainnya juga sibuk untuk mengambil foto dari berbagai macam angle.
 
 
 
           Ternyata merawat kebun coklat itu gampang gampang susah. Menanam pohon coklat ini tidak perlu tanah yang dataran tinggi. Tidak boleh lebih dari 800m dari permukaan laut. Keadaan temperature udara juga perlu diperhatikan, pohon coklat ini tidak boleh di daerah yang lembab, kareba itu akan menyebabkan pohonnya berjamur. Pohonnya paling tidak dibersihkan 3 hari sekali. Jangan takut untuk memotong dahan yang sudah membentuk vertikal, karena jika tidak dipotong akan menjadi sarang hama. Bagi hama, dahan yang membentuk vertikal itu bak hotel bintang 5. Untuk daun yang sudah tua atau yang berada di pangkal pohon itu harus dipotong. Agar nantinya dahan dari pohon itu akan tumbuh besar dan tinggi. Bekas daun yang dipotong itu juga nantinya akan bisa tumbuh buah. Tunas yang tumbuh disekitar pohon juga harus selalu dibuang.
 
          Memanen buah coklat dari pohonnya itu harus menggunakan gunting. "Kok harus menggunakan gunting sih? Kan tinggal petik saja bisa". Apabila kita memanennya dengan cara menarik atau pelintir buahnya, maka itu akan bisa merusak dan menyebabkan luka pada dahan tempat buah coklat itu bergantung. Kalau dahan itu sudah rusak, maka akan susah untuk tumbuh dan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali pulih.
 
          Pohon coklat ini harus diberi pupuk biasanya setiap 3 bulan sekali, dan sekurang-kurangnya ya 1 tahun itu 2 kali. Untuk pohonnya tidak perlu disirami air. Karena di sekitar kebun kita harus membuat seperti aliran air. Tak perlu mengalir, buatlah seperti parit yang mengelilingi kebun agar tanahnya tidak kering.
 
          Setelah selesai di kebun coklat, kelompok kami bertukar tempat. Kami pergi ke bagian pembibitan dan pencangkokan. Untuk bibit coklat ini, para kelompok tani mendapat bibit yang berasal dari Aceh. Mereka mendapatkannya sewaktu mengikuti kegiatan (kalau tidak salah) Konferensi Kakao (jika salah, mohon dikoreksi).
 
          Agar terus berkembang, para petani coklat ini menerapkan sistem pencangkokan, yaitu sambung pucuk. Jika ingin sambung pucuk, di bagian bawahnya harus ada ditinggalkan daun sekitar 3-7 daun agar nanti bisa jadi penyuplai makanan bagi sambungannya. Diantara sambungan itu harus diikat menggunakan plastik es yang panjang. Dan juga jangan lupa untuk ditutupi lagi dengan plastik es panjang agar batang yang ingin di cangkok itu tidak basah.
 
          Setelah selesai melihat pencangkokan, kelompok kami berganti lagi menuju kebun satunya yang letaknya cukup jauh dari kebun awal.
 
 
          Di kebun selanjutnya terlihat sama saja. namun kami disini bisa mencicipi buah coklat yang sudah matang. Ciri-ciri dari buah yang sudah matang itu sudah berwarna merah kekuning-kuningan. Buah coklat ini ternyata isi dalamnya warna putih loh. Dan rasanya seperti rasa buah manggis.
 
 
          "Loh? kan ini buah coklat? seharusnya warnanya coklat juga dong?"
          Nggak, buahnya itu memang warna putih.
          "Terus kenapa dari warna putih bisa menjadi warna coklat?"
          Coklat yang biasa kita konsumsi itu adalah biji dari buah coklat ini. Bijinya itu dibersihkan, dikeringkan, lalu diolah sehingga menjadi coklat yang siap dikonsumsi. Di kebun milik kelompok tani ini belum memiliki alat untuk mengolah biji coklat.
 
 
          Untuk saat ini mereka hanya membersihkan dan mengeringkan bijinya saja, lalu dijual kepada pengolah coklat. Tetapi untuk kedepannya mereka akan terus berusaha mengembangkan usaha ini hingga nantinya bisa menjadi produsen coklat siap konsumsi.
 
          Cukup sekian kisah dari perjalanan aku ini, salah dan kurang mohon dimaafkan dan tolong untuk dikoreksi di kolom komentar di bawah.
Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar

Komentar baru terbit setelah disetujui Admin

CAPTCHA Image