Berita Desa

Sedia Payung Sebelum Hujan: Pembibitan Kakao Jelang Peremajaan Sawit di Tapung

04 Maret 2020
SUKATWANTO
Dibaca 162 Kali
Sedia Payung Sebelum Hujan: Pembibitan Kakao Jelang Peremajaan Sawit di Tapung

MELAKONI usaha tentunya bicara untung dan rugi. Termasuk pula dalam bisnis perkebunan, diantaranya kebun sawit. Hal yang paling 'ditakutkan' petani sawit adalah ketika memasuki masa peremajaan (replanting, red.), di mana pokok sawit yang tua ditebang untuk diganti dengan tanaman sawit baru. Bukan tanpa sebab, karena untuk kembali produktif, sawit setidaknya butuh waktu bertahun-tahun sebelum bisa dipanen.Masalah inilah yang akhirnya mendorong masyarakat Desa Pelambaian Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar Provinsi Riau berani mencoba terobosan dengan berkebun kakao. Tanaman kakao diketahui sangat produktif. Salah satu produk olahan unggulannya adalah cokelat. Kini, ratusan masyarakat Pelambaian setidaknya bisa bernafas lega, karena memiliki altenatif selain berkebun sawit.

Berawal pada November 2016 lalu, ketika salah satu perusahaan energi terbesar di dunia, yakni PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) menggulirkan program investasi sosial dengan penerima manfaat masyarakat Tapung, khususnya Desa Pelambaian. Warga desa ini lah yang menjadi cikal dibentuknya ISP (Intermediate Service Provider/Induk Kelompok Binaan) Prima Jaya Tapung. Dalam waktu singkat, kini Prima Jaya Tapung telah menjadi denyut perekonomian masyarakat setempat.

 

Program investasi sosial pengembangan ekonomi PT CPI ini, yang didasari pada pemetaan sosial, disebut dengan PRISMA, singkatan dari Promoting Sustainable Integrated Farming, Small Medium Enterprise Cluster and Microfinance Access. Selain PRISMA, PT CPI juga mendukung masyarakat di sekitar area operasi melalui kegiatan pengembangan masyarakat dengan fokus pada pendidikan, kesehatan, lingkungan, rehabilitasi bencana, serta budaya dan infrastruktur.

 

PT CPI merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama dari Pemerintah Indonesia yang mengoperasikan Blok Rokan di Riau. Dalam mengoperasikan blok migas, PT CPI bekerja di bawah pengawasan dan pengendalian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, atau disingkat SKK Migas.

 

https://www.goriau.com/assets/imgbank/07022018/cacao2jpg-7016.jpg

 

Khusus untuk PRISMA, tujuan utama program adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan kondisi sumber daya alam dan lingkungan, dan peningkatan sumber daya manusia. Ruang lingkup sektor program meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, wirausaha, keuangan mikro, air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, serta pusat pelayanan usaha kecil.

 

PRISMA menerapkan strategi “Membuat pasar bekerja untuk petani dan pelaku usaha kecil”, yang menitikberatkan pada penyediaan fungsi pendukung, yaitu akses ke berbagai layanan termasuk akses ke pengetahuan, keterampilan, bahan baku, pasar dan hubungan antar pasar, teknologi, dan lain-lain.

 

Dalam menjalankannya kegiatan PRISMA, Chevron menggandeng Yayasan Sahabat Cipta. Di wilayah operasi PT CPI, PRISMA telah berhasil membantu para petani, pelaku usaha mikro, serta kelompok-kelompok swadaya masyarakat. Sejak diluncurkan pada Januari 2015 hingga Desember 2017, program PRISMA di Riau telah berhasil menjangkau hampir 2.200 petani dan pelaku usaha mikro secara langsung dari 41 kelompok yang tergabung dalam 21 induk kelompok binaan. Dari seluruh penerima manfaat program PRISMA, pada bulan Juni 2017 tercatat 77% kelompok menunjukkan adanya peningkatan kinerja usaha.

 

Jual Bibit Kakao Unggul dan Bersertifikat

 

Baru setahun berjalan, pusat pembibitan kakao varitas unggul dan bersertifikat dari Kelompok Tani Prima Jaya Tapung binaan PT CPI telah berkembang pesat. Bahkan tidak hanya di Desa Pelambaian, tapi juga di sembilan desa lainnya di Kecamatan Tapung yang bergabung, antara lain Desa Sumber Makmur, Trimanunggal, Tanjung Sawit, Indra Sakti, Gading Sari, Kijang Rejo, Mukti Sari dan sebagainya.

 

Ketua Kelompok Tani Prima Jaya Tapung, Jamri, menceritakan, sebelum adanya usaha kakao, masyarakat di Pelambaian menggantungkan roda perekonomiannya hanya dari hasil kebun sawit. Masa sulit telah dilewati kala itu, dan ke depan masyarakat setempat bakal dihadapkan dengan periode replanting, di mana pastinya sawit akan berhenti menghasilkan sementara waktu.

 

"Tentu saja, pendapatan masyarakat nol kembali dari sawit. Sampai akhirnya PT CPI memberikan solusi. Kita sempat berfikir, apa pekerjaan sampingan yang tetap dapat menghasilkan di desa kami ini. Sampai akhirnya datang Pak Sofyan sebagai pembina yang diutus Perusahaan untuk mencarikan solusinya. Kawan-kawan di sini kemudian berpikir untuk membentuk kelompok tani, dengan kebun budi daya kakao," ungkap Jamri.

 

Kakao saat itu terbilang 'asing' bagi masyarakat Pelambaian. Hal ini juga lah yang menjadi tantangan bagi Jamri dan warga lainnya untuk mulai berkebun kakao di lahan mereka. Bayangkan, pertaruhan roda perekonomian masyarakat untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan digantungkan dari usaha kakao yang mereka gagas sebagai alternatif sawit.

 

Namun itu tidak membuat Jamri dan kawan-kawan patah arang.

 

"Pak Sofyan membawa bibitnya dari Aceh. Pak Sofyan menceritakan bahwa penghasilan per hektar dari kakao itu bisa sampai 3 kilogram (buah, red) per batangnya. Itu saat awal di bawa ke sini, ada enam pokok bibit kakao. Jadi tidak semua dapat. Seiring berjalan waktu, ternyata hasilnya bagus," sebut Jamri.

 

Selama masa tersebut tentunya PT CPI dan Yayasan Sahabat Cipta tidak diam saja. Bimbingan dan pendampingan terus diberikan kepada masyarakat Desa Pelambaian. Maka tak heran, perkembangannya berjalan pesat. Apalagi masyarakat telah melihat langsung hasil dari berkebun kakao. "Maka kami kembangkan terus hingga sekarang bisa seperti ini," tegasnya.

 

"Siapa menyangka, dulu sebelum memiliki usaha kakao, kami tidak punya cara untuk menyiasati tanaman pengganti sawit. Hanya diam, bertahan sambil menunggu hingga dapat di panen. Sebab lahan kami tidak begitu luas, hanya memanfaatkan area di belakang rumah dengan luas kira-kira setengah hektar. Memang dengan luas segitu kurang menjanjikan untuk sawit, namun kalau kakao bisa dapat banyak," imbuh Jamri.

 

https://www.goriau.com/assets/imgbank/07022018/cacao3jpg-7015.jpg

 

Berdirinya pusat pembibitan kakao varitas unggul milik Kelompok Tani Pria Jaya Tapung di Desa Pelambaian tersebut bukan ditempuh dengan 'jalan mulus'. Itu diakui langsung oleh Jamri, dan diamini anggotanya yang sudah merasakan langsung hasil dari berkebun kakao, saat berbincang dengan GoRiau.com di Balai Tani milik Prima Jaya Tapung.

 

"Awalnya memang sulit, apalagi membuat warga lainnya menjadi yakin. Butuh keuletan. Sebelum kelompok ini ada, saya dan beberapa kawan mencoba menanam kakao sebagian. Perkembangannya terlihat dan prospek budidaya berjalan bagus. Ini karena dibina langsung oleh Chevron. Dengan begitu, masyarakat bisa lihat langsung buktinya, hingga akhirnya percaya. Hasilnya bagus, buah bagus dan bisa dijual," katanya.

 

Hari demi hari berjalan. Kesuksesan yang dirasakan masyarakat penggagas kakao tersebut kian jadi perbincangan di Desa Pelambaian dan sekitarnya. Warga pun mulai banyak yang membeli bibit untuk ditanam di rumah. Tidak cuma itu, mereka yang sejak awal sudah melakoni usaha kakao ini juga menggelar studi banding ke Aceh, Tapanuli Selatan hingga Sumatera Barat, untuk mempelajari cara bertanam kakao, sehingga hasilnya optimal dan layak dipasarkan.

 

"Kami berangkat ke Aceh. Itu tiga hari belajarnya. Bagaimana prosesnya sejak awal hingga menjadi kakao unggulan. Bahkan kita juga mendatangkan orang dari Aceh ke sini untuk mengajarkan warga lainnya, mulai dari teknik sampai praktek di lapangan. Warga cukup antusias. Sekitar 150 orang yang ikut, karena mereka sudah lihat hasil dan perkembangannya," ulas Jamri.

 

Sembilan desa telah mengikuti kesuksesan Jamri dan warga Pelambaian. Semuanya berada di bawah binaan Kelompok Tani Prima Jaya Tapung. "Berkat Chevron, Alhamdulillah kini perekonomian kami terbantu. Sangat besar sekali pengaruhnya, kalau tidak, masyarakat juga mungkin bingung bertanam Kakao, belum lagi masalah hama, perkembangan yang tidak optimal dan sebagainya," tambahnya dia.

 

Selama proses berjalan, Chevron memberikan pendampingan langsung kepada masyarakat. Bahkan tenaga pembinanya di tempatkan di Desa Pelambaian. Warga diajarkan mulai dari tahap pembibitan sampai pasca panen. "Sekarang kelompok tani induk (Prima Jaya Tapung) sudah beranggotakan 30 orang. Yang lainnya binaan di desa-desa. Banyak yang ingin bergabung, hanya saja kami cukupkan untuk 30 orang, yang lainnya masuk menjadi kelompok binaan," ungkap Jamri.

 

Kini hasil keringat pembibitan kakao oleh masyarakat Desa Pelambaian sudah sampai gaungnya ke kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Riau, padahal baru genap satu tahun berjalan. Masyarakat setempat tidak hanya mendapat uang dari hasil menjual bibit, melainkan meraup pundi-pundi materi hasil memberikan pelatihan ke daerah-daerah lain. Wajar saja, sebab ilmu nilainya 'mahal'.

 

"Penghasilan lainnya, kita dipanggil orang ke sana kemari untuk memberi pelatihan soal bertanam kakao. Lalu penghasilan dari pokok Entres milik kami yang banyak dibeli. Kakao ini sangat menjanjikan, pelan-pelan kita kembangkan, bahkan sebagian kebun sawit di sini sudah kami ganti dengan kakao," lanjutnya.

 

Istilah Entres memang dikenal efektif dalam budidaya kakao.

 

Entres merupakan teknik penyambungan batang atas yang diperoleh dari tanaman induk kakao unggul ke batang bawah tanaman kakao lainnya. Sebab itu, sebatang pohon kakao tak perlu diremajakan seperti sawit, jika produktivitasnya rendah dan berkualitas tidak bagus. Untungnya lagi, kakao tak mengenal usia produktivitas seperti tanaman perkebunan lainnya, karena dapat dipanen kapan pun.

 

"Dulu, bibit Entres kami beli dari Aceh. Sementara batang bawah didatangkan dari daerah lain, misalnya Sumatera Barat. Sekarang kami justru menjual entresnya, dan menjadi pemasukan tambahan. Di rumah-rumah anggota kita juga melakukan pembibitan, melibatkan para ibu-ibu. Ada peluang kerja baru disela-sela kegiatannya," yakin Jamri.Lapangan pekerjaan baru menjalar ke segenap masyarakat, sehingga tidak hanya bapak-bapak saja yang berpenghasilan, tapi juga ibu rumah tangga. "Ada lagi sampingannya, kerajinan tangan bisa juga," lanjut dia.

 

Saat ini, berkat kecermatan PT CPI, masyarakat Pelambaian yang awalnya meragukan usaha kakao, kini justru berlomba-lomba meraup penghasilan dari pohon budidaya yang dapat berkembang bagus di kawasan tropik tersebut. Bahkan dalam usia pertumbuhan satu setengah tahun, pohon kakao sudah bisa menghasilkan buah, dengan panen optimalnya diusia dua tahun.

 

"Beda dengan sawit yang prosesnya lama, rata-rata tiga tahun. Jadi kami sambil menunggu, tanam kakao disisip di pokok sawit. Saat sawit panen dan kakao juga panen, hasilnya pun ganda. Ada alternatif menjelang sawit diremajakan. Jadi kami bersyukur sekali sekali ada pembinaan dan bantuan Chevron," puji Jamri.

 

Saat ini, Kelompok Tani Prima Jaya Tapung fokus pada penjualan bibit kakao, karena usia pohonnya belum tahap panen. Wajar saja, usaha ini digagas pada November 2016 lalu, namun nyatanya sudah menghasilkan dalam segi lain, selain buahnya. "Mungkin kita bisa produksi panen buah pada awal 2019. Sebelum itu, kami sudah berpenghasilan dari aspek lain dalam budidaya Kakao," kata dia.

 

Roda Ekonomi Warga Desa Pelambaian Berkembang Hasil dari Keuntungan Berkebun Kakao

 

Ketakutan akan replanting sawit kini tidak lagi menghantui kehidupan masyarakat Desa Pelambaian dan sembilan desa lainnya di Tapung, Kabupaten Kampar. Mereka telah memiliki kakao yang menjanjikan. Kelompok Tani Prima Jaya Tapung bahkan memiliki sertifikat dan legalitas pembibitan Kakao. "Artinya layak untuk di pasarkan dan sesuai standar. Kecambah yang kita tanam bersertifikat. Sertifikat itu untuk verifikasi legalitas kecambah, kalau tidak ada, hasil kita tidak bisa di pasarkan. Jadi ada aturannya," Jamri meyakinkan.

 

Sejak digagas pada November 2016 lalu, laba dari penjualan bibit Kakao telah mencapai Rp130 juta. Ini baru permulaan, sebab Kelompok Tani Prima Jaya Tapung belum bisa memenuhi begitu banyaknya pemesanan pengadaan bibit, karena masih terbatas. "Sudah banyak, bahkan antri minta pengadaan bibit ke kita, cuma keberadaan bibit belum mencukupi permintaan," ucapnya.

 

Permintaan itu berasal dari dalam Kabupaten Kampar hingga daerah lain di Provinsi Riau, diantaranya Pelalawan dan Kabupaten Rohil. Belum lagi dinas-dinas terkait yang juga memesan bibit berkualitas dan bersertifikat hasil olahan Prima Jaya Tapung. Melihat progres tersebut, bukan hal mustahil Desa Pelambaian dan sembilan desa lainnya akan berkembang pesat menjadi wilayah penghasil Kakao di Riau.

 

https://www.goriau.com/assets/imgbank/07022018/cacao4jpg-7014.jpg

 

"Itu target kita ke depan. Kita lihat progres dari sembilan desa yang ikut dalam bimbingan Prima Jaya Tapung. Memang saat ini tahap awalnya adalah bibit, sekaligus penyuplai kebutuhan kita dari yang memesan. Kami berencana menjadi pengepul buah Kakao jika nanti panen. Kita yang nampung lalu berkoordinasi dengan eksportir untuk pemasarannya," optimis Jamri.

 

"Satu hal lagi, kakao juga tidak ada putusnya dan tak ada musimnya, selalu produksi. Dulu warga awam semua, termasuk menggunakan gadget (gawai). Kini warga rata-rata sudah punya gadget, dipakai untuk pemasaran produk, termasuk via media sosial dan jejaring. Uang untuk membeli gadget itu bukan dari kantong pribadi, tapi hasil kakao. Misalnya dipanggil untuk memberikan materi, menyambung bibit (entres), perawatan kebun dan sebagainya," ungkapnya.

 

"Dulu kami memanggil tutor dari Aceh, sekarang kami yang dipanggil memberi pelatihan. Ini berkat kegigihan masyarakat serta bantuan CPI. Penghasilan kami jadi bervariasi.

 

Saat ini, Kelompok Tani Prima Jaya Tapung juga sudah memiliki Koperasi sehingga mempermudah masyarakatnya. Koperasi tersebut juga andil dari PT CPI, yang mengucurkan modal awal sebagai motor penggerak usaha kakao di Desa Pelambaian. "Sistemnya dari anggota untuk kemakmuran anggota juga. Jika dulu ada yang tak bisa budidaya kakao karena keterbatasan biaya, sekarang sudah tidak lagi. Koperasi bisa menyediakan, misalnya kecambah," lanjutnya.

 

Berkat bimbingan PT CPI juga lah Kelompok Tani Prima Jaya Tapung berkembang dengan profesional dan mampu menjaga mutu. Mereka juga membentuk divisi-divisi yang menangani dan mengawasi bidangnya masing-masing, termasuk pembimbingan terhadap sembilan desa lainnya yang berada di bawah unit Prima Jaya Tapung. "Jadi ada divisi untuk quality control, sehingga produk yang dihasilkan sama-sama bagus dan layak. Andil PT CPI juga yang menjadikan masyarakat kami lebih mandiri, bahkan tak bergantung sepenuhnya lagi terhadap sawit. Sampai sekarang kami terus dibimbing untuk lebih baik lagi, produktivitas meningkat khususnya dalam perkebunan," tutup Jamri mengakhiri perbincangan.

 

Kabupaten Kampar Sebagai Ikon Kakao dan Prospek Usaha Perkebunan Go Internasional

 

Kepala Desa/Lurah Pelambaian Supriono menuturkan, perkebunan kakao saat ini menjadi pemasukan baru, sekaligus menunjang perekonomian warga di Desa Pelambaian. Program pertama yang digagas di desa tersebut berjalan sesuai yang diharapkan, berkat bantuan PT CPI. Kekhawatirannya terkait replanting Sawit untuk jangka waktu mendatang pun sudah pupus.

 

"Saya sempat berpikir, alangkah berbahayanya nasib warga jika tidak ada alternatif selain sawit. Ini merupakan program pertama kami dan berjalan bagus prospeknya. Sekaligus antisipasi dini menghadapi replanting sawit mendatang. Melalui budidaya tanaman kakao bisa mengubahnya menjadi jadi sumber mata pencarian baru," jawab Supriono.

 

"Harapan kami semua, kakao ini ke depan bisa menjadi ikon Kampar hingga Provinsi Riau. Sementara target jangka panjang adalah produk ini bisa go internasional. Semuanya tentu tidak lepas dari andil PT CPI yang memberikan bantuan, di mana dampaknya begitu besar dirasakan masyarakat. Ini positif sekali, masyarakat diberi bekal ilmu dan kemampuan, jadi tidak semata-mata dana saja," imbuhnya.

 

Dengan adanya Chevron, asa masyarakat dan Kelompok Tani Prima Jaya Tapung untuk terus berkembang kian nyata. Usaha tersebut juga memiliki target ke depan, di mana nanti mereka memiliki kebun induk dan entres sendiri, sehingga tak perlu lagi mendatangkannya dari daerah lain, karena sementara ini masih terbatas. Berikutnya, memiliki pabrik mini untuk mengolah cokelat yang dihasilkan pohon Kakao, sehingga buah yang terkumpul dapat diolah langsung.

 

Cara Budidaya Kakao

 

Jamri dan beberapa anggota Kelompok Tani Prima Jaya Tapung sempat menunjukkan bagaiman cara mengembangkan tanaman kakao. Pertama yang harus diperhatikan adalah, memastikan kecambah dan pokok entresnya berserfitikat, seperti yang dimiliki oleh Prima Jaya Tapung. Dengan begitu, hasil/produk yang dipasarkan layak.

 

Setelahnya, pokok/batang bawah dipotong menggunakan pisau membentuk huruf V sepanjang kira-kira satu sentimeter. Sementara entres yang sudah disediakan juga disayat membentuk V. Perlu diingat, satu pokok entres bisa dipakai untuk beberapa tanaman bawah dari kakao. Jika dipesan dari luar daerah, pastikan kalau bagian ujung entres dilapisi lilin, menjaga kambiumnya tetap bagus.

 

Kemudian masuk ke tahap teknik sambung (menyambungkan tanaman bawah kakao dengan entres, red). Masing-masing bagian yang sudah dipotong menyerupai huruf V tadi kemudian dipasangkan/dimasukkan. Pastikan bahwa salah satu bagian batangnya dalam posisi sejajar, meski bagian lainnya berlebih (lebih besar atau kecil).

 

Setelah itu ke tahap pengikatan, menggunakan plastik es ukuran kecil. Plastik tersebut diregangkan sehingga menjadi lebih panjang. Lilitkan itu pada bagian batang yang disambung hingga kokoh. Perlu diingat, bagian batang bawah mesti disisakan daunnya kira-kira empat sampai delapan helai. Tujuannya adalah untuk menyerap makanan. Ketika kemungkinan setekan gagal, maka akan tumbuh tunas baru, sehingga masih bisa disambung ulang.

 

Setelah disambung, dilakukan proses perawatan sebagaimana mestinya. Proses inilah yang membutuhkan keuletan dari petani kakao itu sendiri, sehingga menentukan kualitas nantinya. Jika prosesnya dari tahapan kecambah, membutuhkan waktu perkembangan hingga tiga bulan, baru bisa dilakukan proses sambung pucuk dengan entres yang ada.

 

Bahkan proses sambung pucuk ini juga dapat diterapkan pada pohon kakao yang sudah tumbuh besar. Itu dilakukan jika pohon tersebut menghasilkan buah berkualitas rendah sehingga tidak perlu lagi dilakukan replanting kakao. Hasilnya sudah pasti ada perubahan, tergantung pokok Entresnya.

 

Jika ingin memperdalam proses dari awal tahapan budidaya Kakao ini, Anda bisa berkunjung ke pusat Pembibitan Kakao Faritas Unggul Kelompok Tani Prima Jaya Tapung, di Jalan Mawar Desa Pelambaian Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 

 

Bak kata pepatah, sedia payung sebelum hujan, begitulah ungkapan yang tepat bagi masyarakat Desa Pelambaian. Inovasi dan terobosan, dengan 'sentuhan' PT Chevron Pacific Indonesia telah memberi secercah pelangi harapan baru masyarakat.

Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar

Komentar baru terbit setelah disetujui Admin

CAPTCHA Image